Jejak Langkah JALANIN di Bumi Gurindam: Mengokohkan Peran Fasilitator Kehidupan di Kepulauan Riau

BATAM – sidikfikus.id - Di tengah semangat membangun pendidikan karakter yang lebih manusiawi dan kontekstual, Perkumpulan Jejak Langkah Pendidikan Indonesia (JALANIN) memulai langkah penting di Provinsi Kepulauan Riau. Tanah Gurindam, yang sarat nilai sastra dan kebijaksanaan budaya, menjadi saksi awal pelatihan fasilitator kehidupan yang digagas untuk memperkuat kapasitas para pendidik di daerah ini. Bukan sekadar pelatihan biasa, inisiatif ini adalah ikhtiar untuk melahirkan guru yang tidak hanya mengajar, tetapi hadir sebagai fasilitator pertumbuhan, pendamping emosi, dan pelita kehidupan bagi peserta didik di era penuh tantangan ini.


Pelatihan diawali dengan serangkaian sesi daring yang disusun melalui platform Learning Management System (LMS). Para peserta—sebanyak 40 guru terpilih dari Batam, Tanjung Pinang, Bintan, Karimun, hingga Lingga—menjalani proses pembelajaran mandiri dengan delapan modul tematik yang dirancang padat makna. Modul-modul tersebut tidak hanya mengangkat topik seputar perkembangan anak dan remaja, tetapi juga membedah karakteristik generasi Z dan Alpha, memperkuat peran Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), serta membekali peserta dengan konsep-konsep penting seperti regulasi emosi, pemetaan bakat (talent mapping), hingga penyusunan program pendewasaan remaja.


Kegiatan daring juga melibatkan refleksi mendalam. Peserta diminta menulis esai personal tentang peran mereka dalam pendidikan dan bagaimana mereka memaknai profesi guru sebagai panggilan hidup. Proses ini membantu mereka menyelami diri, memahami potensi dan tantangan, serta menyusun langkah konkret untuk menjawab kebutuhan peserta didik zaman kini.


Setelah menyelesaikan tahap daring, para peserta melanjutkan pelatihan secara langsung dalam pertemuan tatap muka selama dua hari di Kota Batam. Hari pertama difokuskan pada eksplorasi potensi diri, pengenalan emosi, dan penguatan kapasitas diri sebagai fasilitator kehidupan. Kegiatan ini membangkitkan kesadaran bahwa sebelum membimbing orang lain, guru perlu terlebih dahulu mengenali dan mengelola dirinya sendiri dengan utuh. Hari kedua dilanjutkan dengan sesi penyusunan kurikulum intensif dan non-intensif yang bisa diterapkan di sekolah. Diskusi berjalan hidup, ide-ide inovatif muncul dari peserta, dan komitmen bersama terbentuk untuk terus mengembangkan program fasilitasi kehidupan secara berkelanjutan.


Puncak kegiatan pelatihan adalah pengukuhan dan pelantikan pengurus JALANIN wilayah Kepulauan Riau. Prosesi ini dilakukan oleh Ketua JALANIN Kepri, Budi Hendrika, M.Pd.T., yang menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral terhadap pendidikan bangsa. Ia menegaskan bahwa fasilitator kehidupan bukan hanya jargon, tetapi peran konkret yang harus diemban oleh guru masa kini—menjadi sahabat, teladan, sekaligus penjaga lentera bagi peserta didik.


Pelatihan ini difasilitasi oleh para narasumber berpengalaman dan berdedikasi tinggi, antara lain Lia Nur Alliah, S.Pd., Zainani Arianti, S.Pd., MM., Sudiyono, S.Pd., dan Budi Hendrika, M.Pd.T. Suasana pelatihan berlangsung hangat dan penuh empati. Para peserta merasa tidak sedang dididik, tetapi diajak tumbuh bersama dalam ruang belajar yang aman dan suportif.


Dalam konteks pendidikan modern, di mana anak-anak tumbuh di tengah gempuran teknologi dan perubahan sosial yang cepat, kehadiran guru sebagai fasilitator kehidupan adalah keniscayaan. Guru tidak lagi cukup menjadi penyampai materi, tetapi harus mampu menjadi pendamping batin, penguat mental, dan pelatih nilai-nilai hidup.


Melalui pelatihan ini, JALANIN telah menanamkan benih perubahan. Dari Batam hingga pulau-pulau lainnya di Kepulauan Riau, semangat baru dalam pendidikan mulai tumbuh. Semoga gerakan ini menjalar luas, menumbuhkan jaringan pendidik yang bukan sekadar profesional, tetapi juga manusia seutuhnya yang hadir dengan hati, menyala dengan makna. (Nursalim Turatea/Yti).

 

Lebih baru Lebih lama